Akibat Kerusakan Lingkungan
Akibat kerusakan lingkungan secara global terdiri dari tiga, yakni, pemanasan global, hujan asam, dan penipisan lapisan ozon.
1. Pemanasan global
Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Energi yang masuk ke bumi antara lain :
• 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
• 25% diserap awan
• 45% diserap permukaan bumi
• 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek. Ketika energi ini tiba permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi, akan menyerap sebagian panas dan sisanya dipantulkan kembali. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi gelombang panjang infra merah ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Pada dasarnya efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15°C, bumi sebenarnya telah lebih panas 33°C dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18°C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Pemanasan global atau global warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepaskan karbon dioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal dengan gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi. Jadi, pada intinya bumi kita terus memanas karena sinar matahari yang sudah masuk ke bumi tidak bisa keluar lagi, sebab gas-gas rumah kaca tadi membentuk lapisan di atmosfer yang memantulkan sinar matahari tadi.
Dampak yang akan terjadi jika bumi terus mengalami pemanasan global, dapat diprediksi sebagai berikut :
a. Pemcairan es di kutub
b. Perubahan iklim
c. Terjadinya penurunan produksi pangan di setiap negara sehingga akan mempengaruhi ekspor dan impor komoditas pertanian
d. Berkembangnya wabah penyakit, contohnya nyamuk yang berkembang biak di lingkungan yang hangat akibatnya menambah panjang masa penyakit demam berdarah.
Upaya pencegahan atau pengendalian dari bahaya efek rumah kaca ini yakni :
a. Mengurangi produksi gas karbon dioksida dengan mengurangi pemanfaatan bahan bakar fosil dan produksi gas-gas rumah kaca yang lain.
b. Menekan atau menghentikan penggundulan hutan
c. Penghutanan kembali secara besar-besaran untuk menciptakan wilayah serapan (sink) gas karbon dioksida.
2. Hujan asam (acid rain)
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami. Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat. Secara sederhana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:
Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan.
Dampak dari hujan asam antara lain :
a. Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman.
b. Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut.
c. Sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi secara kimia di dalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.
d. Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasir besi, marmer, batu pada diding beton serta logam.
Upaya pengendalian deposisi asam, yakni diantaranya :
a. Pemerintah mencari solusi untuk menggunakan bahan bakar dengan kandungan belerang rendah, atau menggantinya dengan bahan bakar methanol, etanol, dan hidrogen.
b. Memakai teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan NOx yakni Lime Injection In Multiple Burners (LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan NOx 50%.
c. Membangun pembangkit tenaga listrik tenaga batu bara menggunakan Flue gas desulfurization (FGD) untuk menghilangkan gas yang mengandung belerang dari cerobong.
d. Mengaplikasikan prinsip 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replant).
3. Penipisan Lapisan Ozon
Salah satu manfaat lapisan Ozon adalah:
a. menyaring sinat Ultraviolet yang dipancarkan oleh Matahari
b. Melindungi bumi dari sinar matahari yang sangat panas, sehingga bumi tidak kepanasan.
Ancaman yang diketahui terhadap keseimbangan ozon adalah kloroflorokarbon (CFC) yang mengakibatkan menipisnya lapisan ozon. CFC digunakan oleh masyarakat modern yakni terdapat pada :
a. AC
b. Kulkas
c. bahan dorong dalam penyembur (aerosol), diantaranya kaleng semprot untuk pengharum ruangan, penyemprot rambut atau parfum
d. pembuatan busa
e. bahan pelarut terutama bagi kilang-kilang elektronik
Proses terjadinya penipisan lapisan ozon yakni CFC bergerak naik dengan perlahan ke dalam stratosfer (10 – 50 km). Molekul CFC terurai setelah bercampur dengan sinar UV-C, ikatan C-Cl akan terputus menghasilkan radikal-radikal bebas klorin dan Atom klorin ini bersifat reaktif dengan mengikat atom oksigen dari molekul ozon sehingga merubah ozon tersebut menjadi oksigen biasa yang pada akhirnya menghasilkan lubang ozon.
Penipisan lapisan ozon akan menyebabkan lebih banyak sinar radiasi ultra ungu memasuki bumi. Radiasi ultra ungu ini dapat membuat efek pada kesehatan manusia, memusnahkan kehidupan laut, ekosistem, mengurangi hasil pertanian dan hutan. Efek utama pada manusia adalah peningkatan penyakit kanker kulit karena selain itu dapat merusak mata termasuk kataraks dan juga mungkin akan melemahkan sistem imunisasi badan. Pada bidang pertanian, penerimaan sinar ultra violet pada tanaman dapat memusnahkan hasil tanaman utama dunia.
Cara penanggulangan dari bahaya CFC ini adalah sebagai berikut :
a. Hentikan penggunaan CFC
b. Pemerintah mengganti bahan CFC dengan HFC (Hidrofluorokarbon) yang sedikit kemungkinan efek penipisan ozon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar